Rabu, 30 Desember 2009

Grameen Bank

GRAMEEN BANK

Pada awal berdirinya negara Bangladesh, perekonomian tidak memiliki fundamental yang kuat, sedangkan sistem pemerintahannya pun masih berantakan. Dimasa-masa tersuliti sekitar tahun 1970-an, seorang profesor dari Fakultas Ekonomi Universitas Chittagong bernama Muhammad Yunus muncul dengan membawa konsep perekonomian micro yang nantinya sangat berpengaruh pada kehidupan rakyat miskin. Konsep ini disebut oleh Muhammad Yunus sebagai Bank Grameen atau bank untuk kaum miskin. Awal mulanya pendirian bank ini hanya sebuah unit usaha kredit yang khusus ditujukan kepada kaum miskin. Namun, seiring berjalannya waktu unit usaha kredit berkembang pesat menjadi sebuah bank Grameen yang nyatanya dapat meminimalisirkan bahkan menghapus kemiskinan di Bangladesh.

Pada tahun 1974 merupakan tahun yang harus dihadapi dengan berat oleh Bangladesh, sebab pada tahun ini Bangladesh termasuk kedalam cengkraman kelaparan. Hal ini tentunya sangat memperhatinkan, sebab sebuah negara kecil yang baru meraih kemerdekaannya disertai perekonomian dan perpolitikan yang belum stabil, tetapi harus menghadapi kelaparan yang mengakibatkan banyak sekali warganya yang meninggal.
Muhammad Yunus lahir pada tahun 1940 dan besar di chittangong, kota pelabuhan teramai di Bangladesh. Ayahnya seorang muslim yang taat dan perajin perhiasan. Ibunya seorang yang sangat disiplin tinggi. Selepas kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Chittagong salah satu universitas yang disegani anak muda India, dan yunus menjadi dosen di almamaternya. Tahun 1965 dia mendapat beasiswa Fullbright di AS untuk studi ekonomi pembangunan sampai mendapat gelar PhD. Masa-masa ia menuntut ilmu disana adalah masa-masa politik panas dinegrinya, perang antara Pakistan dengan Bangladesh. Pada 16 desember 1971 Bangladesh merdeka dengan banyak korban jiwa, dan perekonomian hancur. Yunus memutuskan pulang untuk ikut membangun kembali negaranya. Sepulang dari Bangladesh ia menjadi seorang Dosen Universitas Chittagong serta dekan Fakultas Ekonomi. Yunus berpandang bahwa selama ini segala macam teori Ekonomi klasik maupun modern yang secara elegan diajarkan dikampus tidak bisa menjawab permasalahan sosial dinegaranya, tidak hanya kelaparan namun juga kemiskinan dan permasalahan sosial ekonomi lainnya. Melihat keadaan yang semakin parah, yunus memutuskan untuk terjun langsung kelapangan untuk melihat kondisi rill masyarakat yang mengalami kelaparan dan kemiskinan. Desa Jobra adalah objek yang menjadi pusat observasi, sebab daerah tersebut dekat dengan kampus. Proyek awal yang dilakukan oleh yunus adalah mencari tahu berapa banyak keluarga didesa Jobra yang memiliki lahan garapan dan tanaman yang bisa digarap. Pengembangan desa yang dilakukan oleh Profesor Muhammad Yunus tida berhenti pada sektor pertanian saja. Setelah menuai hasil yang positif, maka tahun 1976 Yunus mulai mengunjungi rumah tangga yang paling miskin di Jobra. Kunjungan tersebut melahirkan inspirasi baru ketika Yunus menemui salah satu perajin bangku di desa Jobra. Hasil perbincangan Yunus dengan perajin tersebut membuahkan kesimpulan bahwa rata-rata warga miskin yang memiliki profesi sebagai pengusaha kecil sangat sulit memperoleh kredit dan bahkan terpaksa meminjam uang kepada Rentenir yang tentunya akan memberikan bunga pinjaman yang sangat tinggi sehingga sangat memberatkan si Debitur, apalagi Debitur merupakan warga miskin.

Dari tahun ketahun, pengembangan desa terus menerus dilakukan. Yunus kemudian membuat suatu proyek percontohan awal yang disebut sebagai Bank Grameen. Yunus mempelajari teori baru dari orang-orang miskin. Muhammad Yunus berusaha untuk memulai memberikan kredit tanpa agunan kepada kaum-kaum miskin terutama wanita melalui Grameen Bank Grameen Bank atau Bank pedesaan yang didirikannya. Proyek ini dibentuk dengan alasan bahwa Bank Konvensional dan koperasi kredit biasanya meminta pembayaran sekaligus. Hal ini tentunya secara psikologis dirasa sulit oleh peminjam, apalagi yang predikatnya tergolong kaum miskin. Sistem yang dikembangkan oleh Bank Grameen justru berlawanan dengan bank konvensional. Para nasabah yang menjadi anggota Bank Grameen dapat mencicil pembayaran dengan nilai nominal uang yang sangat kecil sehingga tidak memberatkan si peminjam. Selain itu nasabah didorong untuk membiasakan diri dalam menabung. Sebab tabungan yang terkumpul dapat dijadikan pegangan diwaktu susah atau digunakan untuk menambah peluang-peluang peningkatan pendapatan. Setelah mengalami kemajuan yang sangat pesat, Bank Grameen mulai membuka cabang disetiap pedesaan di Blangladesh. Kinerja bank juga semakin ditingkatkan. Bank Grameen tidak hanya sekedar memberikan pinjaman yang mudah dijangkau warga miskin, namun juga memberikan pelatihan kepada para peminjam dalam memajukan usahanya. Saat itu Yunus buta dalam menjalankan Bank. Ia belajar sambil jalan dan bersama para mahasiswanya ia mengembangkan pinjaman melalui kelompo-kelompok peminjam. Setelah 20 tahu lebih, Grameen telah menjadi lembaga yang sangat mandiri. Para peminjam Grameen menguasai 93% total Ekuitas Bank, hanya 7% milik pemerintah. Jumlah peminjam mencapai 2,6 juta orang. Kredit yang dikucurkan sejak berdirinya Bank Grameen mencapi 3.9 Milyar $ dan sebesar 3,6 MIlyar $ telah dibayar kembali dengan tingkat pengembalian sebesar 98%.
Pada tahun 90-an Bank Grameen sudah memperlihatkan bagaimana system itu efektif bekerja. Para peminjam yang dahulunya tergolong miskin sekarang tidak lagi sekedar melewati garis kemiskinan, namun juga sudah meninggalkan jauh dari belakang. Salah seorang peminjam yang pernah bertemu langsung dengan Profesor Muhammad Yunus mengungkapkan bahwa cicilan perminggunya lebih dari 500 taka (US$ 12). 500 taka yang dipinjamnya itu adalah nilai pinjaman pertama saat sepuluh tahu yang lalu. Ini berarti bahwa, kapasitas mereka untuk meminjam, berinvestasi dan membayarnya kembali melipat hingga 50 kali dalam 10 tahun. Bank Grameen juga mendirikan sebuah museum kemiskinan sebagai symbol bahwa kinerja bank selama ini sangat efektif memberantas kemiskinan. Bank Grameen saat ini diadopsi oleh lebih dari 100 negara di dunia. Sebagai bentuk penghargaan kerena telah berhasil menuntaskan kemiskinan, founding father nya adalah Profesor Muhammad Yunus yang memperoleh penghargaan nobel perdamaian pada tahun 2006.

Upaya yang dilakukan Muhammad Yunus dan Grameen Bank terus berkembang pesat dan yang sangat menarik adalah bahwa 97% diantaranya adalah perempuan. Muhammad Yunus dengan Grameen Bank nya tidak hanya berhasil membuktikan bahwa gerakan nyata untuk mendayagunakan ekonomi masyarakat bahwa bias berjalan namun juga membuktikan bahwa kaum perempuan yang menjadi nasabah utama (98%) ternyata tidak hanya dapat dipercaya namun juga mampu melakukan sebuah perubahab sangat revolusioner, yakni berhasil melawan kemiskinan. Perempuan secara tidak disengaja menjadi ujung tombak penerimaan kredit Grameen Bank. Dengan ini kredit yang tidak terlalu besar, perempuan pedesaan Blangladesh yang secara tradisonal tidak terlalu banyak berkontruksi ekonomi dapat mencoba menumbuhkan usaha-usaha kecil yang menghasilkan uang. Hasilnya sangat luar biasa, namun perempuan Blangladesh memiliki andil besar dalam meningkatkan perekonomian di desanya masing-masing dan karena Grameen Bank dilakukan pada skala yang besar, kontribusinya pada perekonomian Negara juga cukup segnifikan. Diperkirkan, 1,1% dari GDP Bangladesh merupakan nilai tambahan dari seluruh aktifitas Grameen Bank. Hingga 2008 lalu Grameen Bank telah memiliki 1,181 cabang, bekerja di 42,127 desa, didukung 11.777 staf, menyalutkan kredit sebanyak $3.9 milyar kepada 2,6 juta debitur yang 95% perempuan. Hingga kini model Grameen Bank telah direplikasi oleh lebih 250 lembaga keuangan micro di hamper 100 negara.